PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A. Pendekatan Individu (The Individual Approach)
Dalam pendekatan individu titik penekanannya adalah tingkah laku
individu. Setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pendekatan
individu ini yakni faktor internal yang meliputi faktor-faktor biologis
dan faktor eksternal yang meliputi faktor-faktor lingkungan fisik dan
lingkungan sosial.
Dalam pendekatan individual ini titik tekannya adalah faktor-faktor
biologis yang menguasai tingkah laku individu daripada faktor-faktor
psikologis, namun kedua faktor ini tetaplah faktor primernya sedangkan
faktor lingkungan sekitar fisik dan lingkungan sosial merupakan faktor
sekunder. Hal ini dikarenakan pendekatan individu berasumsi bahwa
individu adalah primer dan masyarakat adalah sekunder.[1]
1. Faktor Biologis Pada Tingkah Laku Manusia
Perbedaan antara faktor biologis dan psikologis pada tingkah laku
manusia adalah pada faktor biologis manusia dipandang sebagai organisme
yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor psikologis manusia
dipandang sebagai organisme yang cerdas dan mempunyai kecerdasan
(inteligen). Kemudian yang menjadi problem terbesar pada biologi adalah
usaha untuk menemukan elemen-elemen tingkah laku mana yang dapat
diwariskan secara biologis dan elemen-elemen tingkah laku mana yang
disebabkan oleh lingkungan sekitar dan apakah elemen tingkah laku
inheritas (keturunan biologis/ hereditas) itu dapat diubah atau tidak?,
kalau dapat diubah sejauh mana perubahan dapat terjadi?
2. Faktor Psikologis Pada Tingkah Laku Manusia
Sebenarnya perbedaan antara faktor psikologis dan biologis tidak begitu
ekstrim, tajam dan statis. Seiring dengan kemajuan-kemajuan penelitian
ilmiah maka dapat diketahui bahwa sebenarnya hubungan psikologi dan
biologi sifatnya timbal-balik, bahkan justru keduanya saling melengkapi
di dalam mempelajari tingkah laku manusia. Bukti dari ini adalah
munculnya penelitian-penelitian psikologi mengenai konsep insting
(instinct).
Singkatnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan individu belumlah lengkap
untuk menerangkan semua gejala tingkah laku manusia mengingat bahwa
individu-individu adalah hidup dengan dan dalam masyarakat. Jadi faktor
masyarakat itupun harus diakui peranannya sebagai pembentuk tingkah laku
anggota masyarakatnya.
B. Pendekatan Sosial (The Societal Approach)
Titik tekan pendekatan ini adalah masyarakat dengan berbagai lembaga,
kelompok, organisasi dan aktivitasnya. Secara kongkrit pendekatan sosial
ini membahas aspek-aspek atau komponen dari kebudayaan manusia, seperti
keluarga, tradisi, adat-istiadat, dan sebagainya. Jadi segala sesuatu
yang dianggap produk bersama adalah milik bersama atau milik masyarakat.
Jadi jelas di sini yang menjadi gejala primer adalah kelompok
masyarakat, sedangkan individu merupakan gejala sekunder saja.
Secara ekstrim, pendekatan sosial ini berasumsi bahwa tingkah laku
individu-individunya secara mutlak ditentukan oleh masyarakat dan
kebudayaan masyarakat, sehingga individualitas tenggelam di dalam
sosialtas manusia. Tingkah laku yang demikian ini dapat ditemukan dalam
masyarakat yang benar-benar homogen yang kuat tradisi dan tata caranya.
Sehingga inidividu-individu yang menyimpang dari pola tingkah laku
masyarakat dianggap abnormal dan pasti dikeluarkan dari masyarakatnya.
Kalau diperhatikan secara seksama, prinsip dari pendekatan sosial ini
tak dapat disangkal kebenarannya, tetapi secara ekstrem dan absolut,
pendekatan sosial ini menunjukkan kelemahan-kelemahannya, sebab
betapapun homogennya dan kuatnya tata cara hidup masyarakat di situ
masih juga didapati perilaku individualitas pada anggota masyarakat.
Mengapa demikian? Karena setiap individu mempunyai watak dan
kepribadiannya masing-masing. Bahkan tidak jarang keseragaman tingkah
laku pada masyarakat dianggap sebagai paksaan yang membelenggu
kreatifitas individu tersebut. Karena pada dasarnya pola tingkah laku
individu manusia selalu didapati sifat-sifat kreatif dan dinamis.
C. Pendekatan Interaksi (The Interaction Approach)
Di dalam pendekatan interaksi ini perhatiannya adalah penggabungan dari
pendekatan individu dan pendekatan sosial melalui interaksi. Sebab pada
kenyataannya menurut pendekatan interaksi ini, individu dan masyarakat
itu saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Jadi antara
individu dan masyarakat itu mempunyai daya kekuatan yang saling
membentuk dan saling menyempurnakan.[7]
Kesimpulannya pendekatan ini ingin menjelaskan bahwa untuk mengetahui
tingkah laku manusia harus dilihat dari individu dan masyarakat. Jadi
sosiologi pendidikan tidak semata-mata hanya mempelajari individu atau
masyarakat saja tetapi harus kedua-duanya.
D. Teori Medan (field theory)
Teori medan adalah teori yang diperkenalkan oleh Dr. Kurt Lewin dari
bidang psikologi yang kemudian dikembangkan oleh J.F Brown dalam
psikologi sosial. Inti dari teori medan adalah meneliti struktur medan
hidup (life space) beserta pribadi (Person) dan medan sosial (life space
sosial) nya. Medan hidup ini merupakan kondisi-kondisi, syarat-syarat
dan situasi-situasi kongkrit yang menyertai gerak individu pribadi tadi.
Obyeknya adalah organisme manusia. Cara bekerjanya teori medan itu
mempergunakan metode hipotetis- deduktif. Ciri khas lain dari teori
medan adalah menggunakan bahasa genotype. Dan lagi bahwa dalam teori
medan digunakanlah konsep-konsep dan gambar-gambar mathematis.
KESIMPULAN
Jadi dari apa yang sudah dipaparkan di atas dapat kita lihat bahwa
setidaknya ada empat pendekatan sosiologis yang dapat digunakan dalam
menganalisis masalah-masalah pendidikan yaitu, pendekatan individu,
sosial, interaksi dan teori medan. Namun perlu kita sadari juga bahwa
semua pendekatan ini tidak bisa berdiri sendiri sehingga dibutuhkan
semua pendekatan untuk menghasilkan analisis yang lebih empiris dan
sempurna.
REFERENSI
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan, Jakarta, 2007.
sumb3r:
http://proletargameover.blogspot.com/2012/10/pendekatan-pendekatan-dalam-sosiologi.html
0 komentar:
Posting Komentar