P September 2021 ~ Mas Yudi ..!!!
Assalamu'alaikum ..... Selamat Datang di Blog Anak Desa ...

Beranda

Kamis, 30 September 2021

PROSES INTEGRASI SOSIAL

PROSES INTEGRASI SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 3 ini, diharapkan kalian dapat menemukan proses integrasi sosial di masyarakat dengan benar.



Integrasi sosial melalui beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui yaitu, akomodasi, kerja sama, koordinasi, dan asimilasi. Untuk lebih jelasnya, ayo kalian pelajari pembahasan berikut.

1. Akomodasi

Akomodasi merupakan salah satu proses integrasi sosial. Apa definisi akomodasi itu? Definisi akomodasi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut.

a. Soerjono Soekanto

Akomodasi memiliki dua arti, yaitu menunjuk suatu keadaan dan menunjuk suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya keseimbangan dalam interaksi antara individua atau kelompok sosial yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sementara itu, akomodasi yang menunjuk suatu proses diartikan sebagai usaha manusia untuk meredakan pertentangan dalam mencapai kestabilan (Soekanto, 2012).

b. J. Dwi Norwako dan Bagong Suyanto

Akomodasi merupakan suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa (Narwako, 2010).

c. Gilin dan Gilin

Akomodasi merupakan suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial (Soekanto, 2012). Akomodasi sering terjadi di masyarakat, karena individua tau kelompok tidak mau melakukan Kerjasama. Adanya akomodasi diharapkan dapat menyelesaikan pertentangan atau konflik tanpa menghancurkan pihak lawan. Akomodasi tersebut akan meredakan konflik dan mengganti proses sosial yang sifatnya disosiatif dengan interaksi yang lebih bersifat damai.

Menurut Haryanto (2011), beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengurangi pertentangan yang terjadi pada individu maupun kelompok
b. Sebagai tempat untuk meleburkan antara kelompok-kelompok yang terpisah
c. Digunakan untuk meningkatkan Kerjasama antarindividu maupun kelompok
d. Untuk mencegah munculnya pertentangan dalam masyarakat

Adanya akomodasi dalam masyarakat multicultural seperti masyarakat Indonesia, dapat menciptakan masyarakat masyarakat yang hidup secara damai tanpa menimbulkan perpecahan. Selain itu, masyarakat juga dapat bekerjasama dengan kelompok-kelompok sosial lainnya. Hal ini dikarenakan diantara kelompok sosial yang berbeda dapat saling menyesuaikan diri antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian akan medorong lahirnya integrasi dalam masyarakat.

2. Kerja Sama

Selain melakukan akomodasi, proses integrasi sosial juga dalam bentuk kerja sama. Istilah kerja sama tentunya sudah tidak asing bagi kalian. apa saja contoh kerja sama yang ada di lingkungan sekitarmu? Untuk menjawabnya, ayo pelajari uraian berikut.

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kerja sama merupakan bentuk integrasi yang terjalin antara individua tau kelompok yang berusaha untuk mencapai tujuan Bersama. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi dan kesadaran dari setiap anggota masyarakat.

Menurut Charles H. Cooley dikutip dari Soekanto (2012), kerja sama muncul apabila seseorang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama. Selai itu, pada saat bersamaan mereka memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.

Bentuk-bentuk kerja sama dapat dijumpai dalam kelompok dan masyarakat, seperti kerukunan, gotong royong, tolong-menolong, dan lain sebagainya. Kerja sama yang terjalin antar kelompok sosial dalam masyarakat multicultural memiliki pengaruh yang besar dalam integrasi sosial. Hal ini dikarenakan dalam kelompok sosial yang berbeda saling menyesuaikan diri, melengkapi, membutuhkan, dan tidak memaksakan kehendak yang dapat dapat memicu timbulnya konflik dalam masyarakat. Kelompok sosial yang berbeda tersebut melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

3. Koordinasi

Dalam masyarakat majemuk sering terjadi kerja sama antarindividu maupun kelompok sosial. Kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat majemuk tersebut harus dikoordinasi agar lebih terarah dan dapat mencapai tujuan bersama.

Koordinasi menurut Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), merupakan pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat.

Dalam organisasi masyarakat, koordinasi merupakan faktor yang dominan. Tanpa adanya koordinasi, suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan dalam kelompok terdiri atas orang-orang dengan sifat dan kepribadian yang berbeda.

Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, Pendidikan, dan lain sebagainya.

4. Asimilasi

Asimilasi merupakan sebuah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha dalam mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Proses asimilasi tidak akan terjadi apabila antarindividu atau kelompok tidak tumbuh sikap toleransi dan saling berempati. Menurut Narwako (2010), proses-proses asimilasi akan tumbuh apabila.

a. adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok manusia yang berada pada waktu dan tempat yang        sama;
b. adanya pergaulan secara intensif dalam jangka waktu yang lama;
c. adanya penyesuaian kebudayaan di antara kelompok-kelompok tersebut.

Sementara itu menurut Soekanto (2012), ada beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi di masyarakat, antara lain:

a. toleransi;
b. adanya kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi;
c. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya;
d. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat;
e. adanya persamaan dalam usur-unsur kebudayaan;
f. adanya perkawinan campur (amalgamasi)
g. adanya musuh bersama dari luar

Selain adanya faktor yang mendorong asimilasi, ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya asimilasi. Menurut Narwako (2010), menyebutkan faktor-faktor penghambat asimilasi adalah sebagai berikut.

a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan kelompok lain dalam masyarakat
b. Terisolasinya kebudayaan oleh kelompok sosial.
c. Adanya rasa takit terhadap kebudayaan lain.
d. perasaan in-group yang kuat.
e. Adanya diskriminasi antara kelompok yang berkuasa dengan kelompok minoritas.
f. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan pertentangan antarkelompok.

Asimilasi sebagai proses sosial yang ditandai oleh semakin berkurangnya perbedaan antarindividu dan antar-kelompok. Melalui asimilasi, kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat majemuk saling berinteraksi secara intensif dalam waktu yang lama. Hal ini yang menyebabkan kelompok sosial tersebut berubah dan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian integrasi dalam masyarakat akan tercipta.


Rangkuman

Akomodasi merupakan salah satu proses integrasi sosial. Definisi akomodasi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

a. Soerjono Soekanto

Akomodasi memiliki dua arti, yaitu menunjuk suatu keadaan dan menunjuk suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya keseimbangan dalam interaksi antara individua tau kelompok sosial yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sementara itu, akomodasi yang menunjuk suatu proses diartikan sebagai usaha manusia untuk meredakan pertentangan dalam mencapai kestabilan (Soekanto, 2012).

b. J. Dwi Norwako dan Bagong Suyanto

Akomodasi merupakan suatu proses kea rah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa (Narwako, 2010).

c. Gilin dan Gilin

Akomodasi merupakan suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial (Soekanto, 2012).

Menurut Haryanto (2011), beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengurangi pertentangan yang terjadi pada individu maupun kelompok.
b. Sebagai tempat untuk meleburkan antara kelompok-kelompok yang terpisah
c. Digunakan untuk meningkatkan Kerjasama antarindividu maupun kelompok
d. Untuk mencegah munculnya pertentangan dalam masyarakat

Adanya akomodasi dalam masyarakat multicultural seperti masyarakat Indonesia, dapat menciptakan masyarakat masyarakat yang hidup secara damai tanpa menimbulkan perpecahan.

Selain melakukan akomodasi, proses integrasi sosial juga dalam bentuk kerja sama. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kerja sama merupakan bentuk integrasi yang terjalin antara individua tau kelompok yang berusaha untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Charles H. Cooley dikutip dari Soekanto (2012), kerja sama muncul apabila seseorang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama. Bentuk-bentuk kerja sama dapat dijumpai dalam kelompok dan masyarakat, seperti kerukunan, gotong royong, tolong-menolong, dan lain sebagainya.

Dalam masyarakat majemuk sering terjadi kerja sama antarindividu maupun kelompok sosial. Kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat majemuk tersebut harus dikoordinasi agar lebih terarah dan dapat mencapai tujuan bersama.

Koordinasi menurut Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), merupakan pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat.

Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, Pendidikan, dan lain sebagainya.

Asimilasi merupakan sebuah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha dalam mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Proses asimilasi tidak akan terjadi apabila antarindividu atau kelompok tidak tumbuh sikap toleransi dan saling berempati. Menurut Narwako (2010), proses-proses asimilasi akan tumbuh apabila.

a. adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok manusia yang berada pada waktu dan tempat yang        sama;
b. adanya pergaulan secara intensif dalam jangka waktu yang lama;
c. adanya penyesuaian kebudayaan di antara kelompok-kelompok tersebut.

Sementara itu menurut Soekanto (2012), ada beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi di masyarakat, antara lain:

a. toleransi;
b. adanya kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi;
c. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya;
d. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat;
e. adanya persamaan dalam usur-unsur kebudayaan;
f. adanya perkawinan campur (amalgamasi)
g. adanya musuh bersama dari luar

Selain adanya faktor yang mendorong asimilasi, ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya asimilasi. Menurut Narwako (2010), menyebutkan faktor-faktor penghambat asimilasi adalah sebagai berikut.

a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan kelompok lain dalam masyarakat
b. Terisolasinya kebudayaan oleh kelompok sosial.
c. Adanya rasa takit terhadap kebudayaan lain.
d. perasaan in-group yang kuat.
e. Adanya diskriminasi antara kelompok yang berkuasa dengan kelompok minoritas.
f. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan pertentangan antarkelompok.

Minggu, 19 September 2021

FAKTOR PEMENTUK INTEGRASI SOSIAL

FAKTOR-FAKTOR TERBENTUKNYA INTEGRASI SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini, diharapkan kalian dapat menemukan faktor-faktor terbentuknya integrasi sosial.



Adanya integrasi sosial berdasarkan pada nilai dan norma yang disepakati Bersama dan memberi tuntutan bagaimana individu berperilaku. Integrasi harus benar-benar dilakukan karena dapat menciptakan keserasian dan keselarasan dalam masyarakat. Untuk mencapai integrasi diperlukan adanya nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman bagi warga masyarakat dalam berperilaku. Oleh karena itu, dalam suatu integrasi dapat terjadi apabila memenuhi beberapa faktor. Tahukah kalian bahwa integrasi muncul dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor? Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut, kalian harus membaca semua materinya ya.

1. Faktor Internal

Dalam integrasi sosial dipengaruhi oleh faktor pendorong, baik dari luar maupun dari dalam individu. Secara umum, faktor pendorong integrasi yang berasal dari dalam individu (internal) adalah sebagai berikut:

a. Adanya Semangat Gotong Royong

Indonesia dikenal dengan sifat kekeluargaannya. Hal ini dibuktikan beberapa daerah di Indonesia masih berlaku gotong royong, seperti pada gambar di bawah ini.

Kegiatan gotong royong tersebut dilakukan secara sukarela dan tanpa mengharapkan imbalan. Budaya gotong royong yang berkembang di masyarakat didasari oleh rasa solodaritas dan tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup masyarakat di lingkungan sekitar.

b. Adanya Kesadaran Diri Sebagai Makhluk Sosial

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya.

Oleh karena itu, dalam masyarakat diperlukan suatu lembaga untuk mengatur individu dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Adapun lembaga tersebut berupa keluarga, koperasi, RT, lembaga pemerintahan, dan lain sebagainya. Seperti contoh pada gambar berikut.

c. Adanya Tuntutan Kebutuhan

Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu harus melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kerjasama di masyarakat dapat mendorong terciptanya integrasi sosial dan menghindari munculnya konflik.

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi sosial yang berasal dari luar adalah sebagai berikut.

a. Adanya Sikap Saling Menghargai dan Toleransi

Indonesia yang merupakan masyarakat majemuk, terdiri atas beragam suku, etnis, agama, dan lain sebagainya. Adanya keberagaman tersebut dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang majemuk diperlukan adanya sikap saling menghargai dan toleran dengan orang lain sehingga integrasi sosial dapat tercapai.

b. Adanya Persamaan Kebudayaan

Adanya persamaan budaya dapat memberikan kesempatan untuk saling membaur tanpa adanya kecemburuan sosial. Hal ini akan lebih cepat terciptanya integrasi sosial di masyarakat.

c. Adanya Persamaan Visi, Misi, dan Tujuan

Adanya persamaan visi, misi, dan tujuan dapat menumbuhkan sikap kebersamaan meskipun dalam masyarakat terdapat keberagaman sosial dan budaya.

d. Adanya Sikap Terbuka pada Perubahan

Dalam kehidupan akan mengalami perubahan setiap harinya. Seseorang yang dapat menyikapi perubahan dan terbuka terhadap perubahan dapat mendorong terciptanya integrasi sosial.

e. Adanya Tuntutan Perkembangan Zaman

Perkembangan zaman menuntut manusia untuk selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Namun, adanya perubahan di lingkungan juga dapat mempengaruhi sikap, perilaku, pola hidup, dan pemikiran seseorang. Adanya perkembangan tersebut mendorong manusia untuk terus berkembang dan membaur dengan kelompok lainnya agar dapat mengikuti perkembangan zaman.

f. Adanya Tantangan dari Pihak Luar

Pada zaman dahulu, bangsa Indonesia pernah dijajah oleh Bangsa Barat, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Adanya bangsa Barat tersebut membuat Indonesia memiliki perasaan senasip sepenanggungan. Hal inilah yang mendorong masyarakay untuk membentuk suatu kesatuan dalam menghadapi tantangan yang datang dari luar.

g. Adanya Konsensus Nilai dalam Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat nilai luhur yang mengatur dan dijadikan sebagai acuan untuk membangun kehidupan yang harmonis dengan sesama. Adanya kesempatan terhadap nilai-nilai luhur, maka akan tercipta rasa kebersamaan dalam perkembangan zaman.

Integrasi sosial dapat terjadi karena adanya faktor pendorong dari dalam maupun dari luar individu. Selain faktor pendorong, ada pula faktor penghambat.

Faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat yang sifatnya heterogen
b. Wilayah Indonesia yang luas
c. Adanya paham etnosentrisme
d. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan     kepribadian bangsa
e. Adanya ancaman dari luar
f. Adanya ketidakmerataan pembangunan


Rangkuman

Dalam integrasi sosial dipengaruhi oleh faktor pendorong, baik dari luar maupun dari dalam individu. Secara umum, faktor pendorong integrasi yang berasal dari dalam individu (internal) adalah sebagai berikut:

1. Adanya Semangat Gotong Royong

Indonesia dikenal dengan sifat kekeluargaannya. Hal ini dibuktikan beberapa daerah di Indonesia masih berlaku gotong royong.

2. Adanya Kesadaran Diri Sebagai Makhluk Sosial

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya.

3. Adanya Tuntutan Kebutuhan

Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu harus melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kerjasama di masyarakat dapat mendorong terciptanya integrasi sosial dan menghindari munculnya konflik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi sosial yang berasal dari luar adalah sebagai berikut:

1. Adanya sikap saling menghargai dan toleransi
2. Adanya persamaan kebudayaan
3. Adanya Persamaan Visi, Misi, dan Tujuan
4. Adanya Sikap Terbuka pada Perubahan
5. Adanya Tuntutan Perkembangan Zaman
6. Adanya Tantangan dari Pihak Luar
7. Adanya Konsensus Nilai dalam Masyarakat

Integrasi sosial dapat terjadi karena adanya faktor pendorong dari dalam maupun dari luar individu. Selain faktor pendorong, ada pula faktor penghambat.

Faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat yang sifatnya heterogen
2. Wilayah Indonesia yang Luas
3. Adanya paham etnosntrisme
4. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan      kepribadian bangsa
5. Adanya ancaman dari luar
6. Adanya ketidakmerataan pembangunan

Kamis, 16 September 2021

RESOLUSI DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

RESOLUSI DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 4 ini diharapkan kalian dapat menjelaskan resolusi dan penyelesaian konflik sosial dengan baik.


Tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan resolusi konflik? Bagaimana perannya untuk mengantisipasi konflik? Ayo, baca ulasan materinya supaya kalian paham ya.

1. Resolusi Konflik

Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict resolution memiliki pengertian yang berbedabeda. Sedangkan Weitzman dalam Morton and Coleman, mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah bersama (solve a problem together). Resolusi konflik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.

Resolusi konflik adalah suatu cara individu atau kelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain atau kelompok lain secara sukarela.

Resolusi konflik juga menyarankan penggunaan cara-cara yang lebih demokratis dan kontruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan kepada pihak- pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh diri mereka sendiri atau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral, dan adil untuk membantu pihak- pihak yang berkonflik guna menyelesaikan masalahnya.

Nah…selain resolusi konflik tersebut, ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik di masyarakat. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik sosial di masyarakat? Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi konflik sosial di masyarakat? Ayo, baca ulasan materinya supaya kalian paham ya.

Berikut beberapa pengertian resolusi konflik yang dikemukakan oleh para ahli.

1. Levine

Menurut Levine, resolusi konflik adalah Tindakan mengurai suatu permasalahan, pemecahan; atau penghapusan permasalahan.

2. Weitzeman & Weitzeman

Resolusi konflik sebagai sebuah Tindakan pemecahan masalah Bersama (solve a problem together).

3. Fisher

Resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.

4. Mindes

Resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang lainnya, serta aspek penting dalam pembangunan sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegosiasi, kompromi, serta mengembangkan rasa keadilan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa resolusi konflik suatu cara individu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian di antara pihak yang berkonflik. Ada berbagai macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi konflik di antaranya sebagai berikut:

1. Kemampuan Orientasi

Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik dapat meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, dan harga diri.

2. Kemampuan Persepsi

Kemampuan persepsi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa setiap individu berbeda, mampu melihat situasi seperti orang lain melihatnya (rasa empati), dan tidak menilai orang lain secara sepihak.

3. Kemampuan Emosi

Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengolah berbagai macam emosi, termasu di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi negatife lainnya.

4. Kemampuan Komunikasi

Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengar orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dngan bahasa yang mudah dipahami, serta meresume atau Menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke dalam pernyataan yang netral atau kurang emosional.

5. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis dalam resolusi konflik, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.

6. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagai macam alternatif jalan keluar.


2. Upaya Penyelesaian Konflik Sosial

Konflik dapat muncul akibat cara pandang diantara pihak-pihak yang berkonflik., sehingga dengan adanya resolusi konflik diharapkan dapat mengurangi ataumenghindari terjadinya konflik. Kondisi seperti ini dapat menciptakan perdamaian di antara anggota masyarakat. Berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik yaitu:

1. Mediasi

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), mediasi adalah upaya penyelesaian konflik oleh pihak ketiga, tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Pihak ketiga sifatnya tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik, tetapi mencoba mempertemukan dan mendamaikan kedua belah pihak yang berkonflik.

Tugas utama pihak ketiga adalah menyelesaikan konflik secara damai. Pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan terhadap penyelesaian konflik. Sekalipun nasihat-nasihat pihak ketiga tersebut tidak mengikat pihak-pihak yang terlibat konflik, tetapi mediasi terkadang menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif.

Hal ini karena mediasi dapat mengurangi Tindakan irasional yang mungkin timbul dalam sebuah konflik. Sebagai contohnya, AMM (Aceh Monitoring Mission) yangmendamaikan antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan Indonesia.

2. Konsiliasi

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan konflik dengan menggunakan lembaga-lembaga tertentu agar pihak yang berkonflik dapat berdiskusi mengenai persoalan yang dipertentangkan.

Sebagai contohnya, di suatu perusahaan ada pertikaian antara buruh dan pengusaha. Kemudian, Departemen Tenaga Kerja mempertemukan pihak buruh dan pengusaha untuk duduk bersama menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, sehingga tercapai suatu kesepakatan damai.

3. Negosiasi

Pernahkah kalian pergi ke pasar dan membeli sesuatu? Pasti kalian akan melakukan tawar menawar dengan pedagang. Setelah melalui penawaran yang panjang, akhirnya dicapai kata sepakat. Kegiatan tersebut dinamakan negosiasi. Dalam penyelesaian konflik sosial di masyarakat, juga dapat dilakukan melalui proses negosiasi. Negosiasi merupakan merupakan suatu interaksi sosial antara pihak-pihak yang terlibat untuk saling menyelesaikan perbedaan agar mencapai kata sepakat. Dalam proses ini, kedua pihak yang berkonflik melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar-menawar mengenai syarat-syarat untuk mengakhiri konflik.

4. Arbitrasi

Arbitrasi merupakan suatu upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui pihak ketiga dengan memberikan keputusan yang harus ditaati dan diterima oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau badan berwenang. Apabila tidak dapat menentukan pihak ketiga, maka pemerintah akan menunjuk pengadilan sebagai pihak ketiga.

5. Stalemate

Apabila kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang, kemudian berhenti pada suatu titik dan tidak saling menyerang, maka upaya ini disebut stalemate. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contohnya, adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin (1947–1991) atau ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan di bidang nuklir.

6. Konversi

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konversi (conversion) merupakan upaya penyelesaian konflik yang dilakukan dengan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian dari pihak lain. Sebagai contohnya, dalam rapat OSIS terjadi perdebatan antara ketua dengan wakil ketua OSIS. Ketua OSIS mengalah dan menerima pendapat wakil ketua OSIS karena pendapat wakil ketua OSIS dianggap lebih dapat membantu untuk kemajuan organisasi tersebut.

7. Ajudikasi

Ajudikasi merupakan upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui lembaga pengadilan. Penyelesaian konflik menurut ajudikasi dilakukan melalui jalur huku. Misalnya, sengketa tanah antara warga masyarakat dengan pengusaha yang diselesaikan melalui pengadilan.


Rangkuman

Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict resolution memiliki pengertian yang berbeda-beda. Resolusi konflik adalah suatu cara individu ataukelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain atau kelompok lain secara sukarela.

Pengertian resolusi konflik yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:

1. Levine, resolusi konflik adalah Tindakan mengurai suatu permasalahan; pemecahan; atau penghapusan permasalahan.

2. Weitzeman & Weitzeman, Resolusi konflik sebagai sebuah Tindakan pemecahan masalah Bersama (solve a problem together).

3. Fisher, Resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.

4. Mindes, resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang lainnya, serta aspek penting dalam pembangunan sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegosiasi, kompromi, serta mengembangkan rasa keadilan.

Ada berbagai macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi konflik di antaranya sebagai berikut:

1. Kemampuan Orientasi

Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik dapat meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, dan harga diri.

2. Kemampuan Persepsi

Kemampuan persepsi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa setiap individu berbeda, mampu melihat situasi seperti orang lain melihatnya (rasa empati), dan tidak menilai orang lain secara sepihak.

3. Kemampuan Emosi

Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengolah berbagai macam emosi, termasu di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi negatif lainnya.

4. Kemampuan Komunikasi

Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengar orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dngan bahasa yang mudah dipahami, serta meresume atau Menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke dalam pernyataan yang netral atau kurang emosional.

5. Kemampuan Berpikir Krititis, adalah kemampuan berpikir kritis dalam resolusi konflik, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.

6. Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan berpikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagai macam alternatif jalan keluar.

Berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik adalah sebagai berikut:

1. Mediasi

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), mediasi (mediation) merupakan suatu upaya penyelesaian konflik oleh pihak ketiga, tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Pihak ketiga sifatnya tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik, tetapi mencoba mempertemukan dan mendamaikan kedua belah pihak yang berkonflik.

2. Konsiliasi

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan konflik dengan menggunakan lembaga-lembaga tertentu agar pihak yang berkonflik dapat berdiskusi mengenai persoalan yang dipertentangkan.

3. Negosiasi

Pernahkah kalian pergi ke pasar dan membeli sesuatu? Pasti kalian akan melakukan tawar menawar dengan pedagang. Setelah melalui penawaran yang panjang, akhirnya dicapai kata sepakat. Kegiatan tersebut dinamakan negosiasi.

4. Arbitrasi

Arbitrasi merupakan suatu upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui pihak ketiga dengan memberikan keputusan yang harus ditaati dan diterima oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau badan berwenang. Apabila tidak dapat menentukan pihak ketiga, maka pemerintah akan menunjuk pengadilan sebagai pihak ketiga.

5. Stalemate

Apabila kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang, kemudian berhenti pada suatu titik dan tidak saling menyerang, maka upaya ini disebut stalemate. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.

6. Konversi

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konversi (conversion) merupakan upaya penyelesaian konflik yang dilakukan dengan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian dari pihak lain.

7. Ajudikasi

Ajudikasi merupakan upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui lembaga pengadilan. Penyelesaian konflik menurut ajudikasi dilakukan melalui jalur huku. Misalnya, sengketa tanah antara warga masyarakat dengan pengusaha yang diselesaikan melalui pengadilan.


Rabu, 15 September 2021

MOBILITAS SOSIAL

 


Mobilitas Sosial:

Pengertian, Bentuk, Faktor & Dampaknya | Sosiologi Kelas 8

Apakah ayahmu pernah pindah tugas ke wilayah lain karena pekerjaannya? Hmm… atau kakakmu yang dulu seorang pelajar kini sudah menjadi pengusaha? Masih belum pernah ngalamin itu semua? Kalau begitu, coba tonton sinetron TV atau drama Korea, deh. Hueheheheh…

Eits, nggak ada maksud apa-apa, kok. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu sebagai contoh dari mobilitas sosial aja. Loh, emang mobilitas sosial itu apa sih?

Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial yang lain dalam masyarakat. Hasil perpindahan status sosialnya bisa menjadi lebih tinggi, lebih rendah, bahkan tetap sederajat.

Kenapa hasil perpindahannya berbeda-beda? Sebab mobilitas sosial terbagi menjadi beberapa bentuk. Nah, terjadinya bentuk-bentuk itu tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penghambat yang perlu kita ketahui. Lalu apa saja ya bentuk dan faktor mobilitas sosial? Yuk, simak kelanjutan artikelnya!

Bentuk Mobilitas Sosial
Pembagian bentuk mobilitas sosial didasarkan pada berpengaruh tidaknya hasil perpindahan status sosial yang dialami dengan derajat sosial yang dimiliki. Secara umum bentuk mobilitas sosial terbagi menjadi empat, yaitu vertikal, horizontal, antargenerasi, dan intragenerasi.

1. Mobilitas Sosial Vertikal
Coba bayangkan kamu berada di bagian tengah sebuah garis vertikal deh. Udah? Nah, ketika kamu berada di posisi itu, kamu punya kesempatan buat naik ke atas atau turun ke bawah ‘kan? Begitu juga dengan mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah.

Maksudnya, perpindahan status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi (naik) maupun lebih rendah (turun). Makanya, mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang tidak sederajat dari sebelumnya.

2. Mobilitas Sosial Horizontal
Sekarang coba bayangkan kamu berada di tengah sebuah garis horizontal deh. Kalau kamu berada di sana, mau kamu pindah ke kanan kek atau ke kiri kek, pasti kamu akan tetap di satu tempat yang sejajar ‘kan? Nah, kayak begitulah mobilitas horizontal. Dalam mobilitas horizontal, perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau kelompok tidak akan mengubah derajat sosialnya atau akan tetap sejajar seperti sebelumnya.

Contohnya, seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit Bandung diharuskan pindah tugas ke rumah sakit Jakarta. Pada kasus itu, dokter tersebut mengalami mobilitas horizontal, yaitu perpindahan tempat kerja tetapi tidak mengubah status sosialnya sebagai dokter. Penghasilannya tidak berubah dan jabatannya sebagai seorang dokter juga tidak berubah.

3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang dialami seseorang dengan melibatkan perbedaan generasi di dalamnya. Mmm, maksudnya gimana tuh ya? Kamu perlu tahu dulu nih, apa yang dimaksud dengan generasi. Generasi adalah kelompok yang punya kesamaan atau perbedaan umur. Contohnya, gen Z yang orang-orangnya lahir di tahun 2000-an. 

Nah, mobilitas antargenerasi ini melibatkan generasi-generasi yang berbeda. Misalnya, dahulu, kakek dan nenek kamu hanya bisa sekolah sampai tingkat SMA saja. Kemudian, di generasi selanjutnya, yaitu ayah dan ibu kamu, statusnya naik jadi bisa bersekolah sampai jenjang Sarjana. Dari kasus ini, ada perbedaan tingkat pendidikan yang terjadi di setiap antargenerasi keluarga kamu. Paham, ya?

Nah, mobilitas sosial antargenerasi bisa naik dan turun. Artinya, tiap generasi dalam satu kelompok bisa punya kedudukan yang semakin tinggi atau rendah di masyarakat.

4. Mobilitas Sosial Intragenerasi
Bagaimana jika perpindahan kedudukan sosial ini dialami oleh generasi yang sama? Itu lah yang dinamakan mobilitas sosial intragenerasi. Menurut definisinya, mobilitas sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi pada generasi yang sama. Oke, supaya kamu semakin ada bayangan, masuk ke contoh kasus saja, ya.

Misalnya, saat ini kamu sedang duduk di kelas 7 SMP. Kamu adalah anak yang sangat pintar, sehingga bisa mengikuti program akselerasi di sekolah. Saat kenaikan kelas, kamu langsung duduk di kelas 9. Dari sini, kamu sedang mengalami mobilitas intragenerasi karena mengalami perpindahan kedudukan sosial pada generasi yang sama, yaitu teman-teman sekelasmu di kelas 7.

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Setelah mengetahui bentuk-bentuknya, kita juga perlu mengetahui faktor-fator yang mendorong terjadinya mobilitas sosial. Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial, yaitu:

1. Struktural
Faktor ini terkait dengan kesempatan seseorang untuk menempati sebuah kedudukan serta kemudahan untuk memperolehnya. Kalau di Indonesia sih struktur masyarakatnya sangat terbuka. Jadi, kesempatan kamu untuk menempati berbagai jabatan yang tinggi, seperti manajer bahkan presiden, menjadi lebih besar, lho! Namun, di Indonesia, ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduknya juga masih belum imbang, nih. Ini bisa menjadi penyebab individu atau kelompok punya potensi mengalami mobilitas sosial yang turun.

 2. Individu
Kalau faktor ini sih terkait dengan kualitas individu yang dilihat dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Manusia ‘kan dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya tuh. Nah, jika seseorang tidak puas dengan status sosial yang diwariskan, ia dapat berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Sampai saat ini, pendidikan masih dianggap sebagai social elevator atau sarana yang dapat membuat orang menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan meningkatkan status sosialnya di masyarakat.

3. Ekonomi
Jika situasi ekonomi dalam masyarakat cenderung baik maka mobilitas sosial pun dapat terwujud. Kondisi ekonomi yang baik membuat masyarakat mudah memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Tapi, kalau kondisi ekonominya buruk, masyarakat akan memiliki pendapatan terbatas sehingga sulit untuk memenuhi seluruh kebutuhannya dan mobilitas sosial tidak akan bisa terjadi.

4. Politik
Faktor yang satu ini sangat bergantung pada situasi politik suatu negara. Keadaan negara yang tidak stabil akan memengaruhi kondisi keamanannya. Dengan begitu, ketersediaan dan kemudahan dalam bekerja juga lebih baik sehingga masyarakat mampu melakukan mobilitas sosialnya.

5. Kependudukan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia hampir selalu bertambah dari waktu ke waktu. Pertambahan itu bisa mempersempit lahan pemukiman bahkan meningkatkan kemiskinan lho! Makanya, masalah kependudukan seperti ini mendorong individu dan pemerintah untuk mengarahkan masyarakat agar bermigrasi ke daerah lain, sehingga mobilitas sosial pun terjadi.

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Selain faktor pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial. Jika faktor-faktor di bawah ini masih ada maka akan sulit untuk masyarakat melakukan mobilitas sosial. Adapun faktor penghambat dari mobilitas sosial, yaitu:

1. Kemiskinan
Masyarakat yang mengalami kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status sosial tertentu. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Emang kenapa kalau pendidikannya rendah? Dengan pendidikan yang rendah, kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga menjadi rendah. Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan menjadi terbatas.

 2. Diskriminasi
Diskriminasi adalah membedakan perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan golongan. Nah, perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat mengakibatkan konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.

3. Stereotip Gender 
Membeda-bedakan karakteristik serta posisi sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi daripada wanita juga bisa menghambat mobilitas sosial, lho! Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi toh yang bekerja adalah suami. Nah, perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan kesempatan seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.

Terjadinya mobilitas sosial di masyarakat, tentunya menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Apa saja ya dampak-dampak mobilitas sosial itu? Yuk, kita bedah satu per satu!

Dampak Positif Mobilitas Sosial
Hal ini berarti mobilitas sosial bisa memberikan pengaruh yang baik bagi seseorang. Dampak positif mobilitas sosial ada tiga macam, di antaranya sebagai berikut:

1. Mendorong Seseorang untuk Maju
Mobilitas sosial bisa berdampak pada status sosial kita di masyarakat. Misalnya, dari yang tadinya rendah, kemudian berubah jadi tinggi. Contohnya, di tingkat SMP, kamu bersekolah di tempat yang biasa saja. Tapi, di sekolah ini, kamu belajar dengan giat dan disiplin, sehingga selalu mendapat juara 1 di kelas. Dari sini, kamu berkesempatan untuk masuk ke SMA yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, mobilitas sosial mampu mendorong seseorang untuk maju.

2. Mempercepat Perubahan Sosial
Selain itu, mobilitas sosial dapat menghasilkan perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju. Contohnya, di daerah pelosok, ada beberapa anak yang berkesempatan mendapat beasiswa pendidikan di kota. Setelah pendidikannya selesai, anak-anak tersebut pulang ke kampung halaman untuk membangun daerahnya menjadi lebih maju.


Dampak Negatif Mobilitas Sosial
Selain dampak positif, mobilitas sosial juga bisa memberikan pengaruh yang tidak baik bagi seseorang. Dampak negatif mobilitas sosial di antaranya:

1. Kecemasan
Kecemasan ini terjadi karena seseorang merasa khawatir jika status atau posisi sosialnya turun di masyarakat. Contohnya, ada pejabat yang sebentar lagi melepas masa jabatannya. Nah, pejabat ini merasa cemas karena takut kehilangan jabatan. Oleh karena itu, tidak jarang pejabat tersebut berbuat curang untuk mempertahankan jabatan yang mereka inginkan. 

2. Melemahkan Solidaritas Kelompok
Dampak ini, bisa terjadi di segala bentuk mobilitas sosial, baik itu horizontal maupun vertikal. Contohnya, ada sebuah keluarga yang tadinya hidup di pemukiman yang sederhana, tiba-tiba memenangkan kuis berhadiah ratusan juta. Kemudian, keluarga tersebut pindah rumah ke pemukiman yang lebih elit. Nah, di sini, keluarga tersebut mulai berbaur dengan tetangga baru. Akhirnya, mulai terjadi kerenggangan antara keluarga ini dengan kelompok sosialnya di pemukiman lamanya. 

3. Memicu Konflik
Parahnya, mobilitas sosial tidak hanya merenggangkan solidaritas kelompok saja, tapi juga bisa memicu konflik atau pertikaian di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena adanya persaingan yang tidak sehat untuk mencapai kedudukan sosial yang tinggi. Contohnya, untuk mendapatkan banyak pembeli, toko A sengaja menjelek-jelekkan kualitas barang toko B. Karena toko B tidak terima, akhirnya muncul konflik antar pedagang.

Selasa, 14 September 2021

INTEGRASI SOSIAL

DEFINISI INTEGRASI SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini, diharapkan kalian dapat menjelaskan definisi integrasi sosial dengan baik.


Konflik maupun kekerasan yang terjadi di masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang tidak dapat dihindari. Adanya konflik di masyarakat dapat menimbulkan perpecahan, sehingga perlu adanya integrasi sosial untuk mengatasi permasalahan tersebut. Nah..apa integrasi sosial itu? Ayo pelajari materi berikut!

1. Integrasi Sosial

Kata integrasi berasal dari bahasa Inggris, integration yang artinya pembaruan hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Istilah pembaruan tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), integrasi sosial merupakan proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang serasi. Beberapa definisi mengenai integrasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.

a. Paul B. Horton

Integrasi, yaitu proses pengembangan masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.

b. Banton

Integrasi didefinisikan sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memiliki makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dalam ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha. Dalam hal ini hanya berkaitan dengan perbedaan fisiknya (ciri-ciri badaniah) saja.

c. Maurice Duverge

Integrasi adalah interpendensi (kesalingtergantungan) yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat. Jadi, di dalam integrasi tercipta suatu penyatuan hubungan antara individu-individu sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat yang harmonis.

Adapun beberapa definisi mengenai integrasi sosial menurut para ahli sebagai berikut.

a. Soerjono Soekanto

Integrasi sosial adalah sebuah proses sosial individua tau kelompok untuk berusaha memenuhi tujuan melawan lawan yang disertai dengan suatu ancaman dan/atau kekerasan.

b. Baton

Integrasi sosial adalah suatu integrasi sebagai sebuah pola hubungan yang mengakui adanya suatu perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan suatu fungsi penting pada perbedaan dalam sebuah ras.

c. Gilin

Integrasi sosial adalah suatu bagian dari proses sosial yang terjadi karena suatu perbedaan fisik, emosional, budaya, dan perilaku.

Integrasi sosial pada dasarnya muncul karena adanya kerjasama yang baik di antara sesama anggota masyarakat itu sendiri. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila masing-masing individu yang berada di dalam suatu kelompokmasyarakat dapat mengendalikan prasangka yang ada di tengah masyarakat itu sendiri sehingga tidak terjadi konflik.

Integrasi sosial dapat terwujud dalam bentuk solidaritas sosial serta rasa kebersamaan antarhubungan masyarakat secara harmonis dalam melakukan Kerjasama dengan kelompok yang mempunyai sifat, sikap, dan watak yang berbeda.

2. Integrasi Bangsa

Dalam kehidupan suatu bangsa, kita harus menyadari adanya keanekaragaman yang dilandasi oleh rasa persatuan dan kesatuan tanah air, bahasa, dan cita-cita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi kebanggaan bangsa karena memberikan warna dalam kehidupan masyarakat.

Dengan adanya keanekaragaman akan menciptakan suasana harmonis dengan anggota masyarakat. Sikap harmonis dalam masyarakat dapat dilakukan melalui proses integrasi bangsa.

Bangsa diartikan sekelompok manusia yang memiliki persamaan karakteristik. Bangsa terbentuk karena adanya rasa ingin Bersatu, seperti munculnya integrasi bangsa. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), integrasi bangsa diartikan sebagai penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalamsuatu wilayah pembentukan suatu identitas nasional.

3. Integrasi Nasional

Integrasi nasional dapat diartikan sebagai proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional. Coba kalian perhatikan wilayah Indonesia seperti pada gambar di bawah! Apa yang dapat kamu gambarkan tentang Indonesia? Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya dan wilayah yang luas.

Adanya berbagai budaya dan wilayah membuat Indonesia menjadi negara yang beragam. Keberagaman yang ada di Indonesia jika tidak dikelola dengan baik dapat memicu terjadinya konflik, sehingga perlu adanya integrasi untuk mengendalikan permasalahan tersebut.

Menurut Ahmadi (2009), terdapat tiga masalah yang harus dikaji untuk mencapai integrasi nasional. Ketiga masalah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pembauran bangsa
b. Kerukunan antarumat beragama dan kepercayaan yang dianutnya
c. Perubahan nilai-nilai

Indonesia terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, sistem sosial, dan lain sebagainya. Keberagaman Indonesia berada dalam suatu semboyan Bhineka Tunggal Ika. Melalui semboyan tersebut, terjadi proses integrasi nasional dimana perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan. Persatuan dari kemajemukan yang ada di Indonesia inilah yang menjadi salah satu ciri khas bangsaIndonesia yang membedakan dengan bangsa lainnya. Adanya perbedaan yang beragam tersebut menjadi identitas bangsa Indonesia yang terwujud dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Integrasi nasional sebagai upaya penyatuan kelompok sosial dalam kesatuan wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor- faktor pendorong integrasi nasional adalah sebagai berikut (Ranjabar, 2013).

a. Adanya perasaan senasip dan sepenanggungan.
b. Munculnya rasa cinta tanah air.
c. Adanya rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
d. Berkembangnya budaya gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
e. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
f. Adanya keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia.

Perhatikan gambar di bawah ini yang menggambarkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Di Indonesia terdapat enam agama resmi yaitu, Islam, Kristen Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu. Adanya perbedaan agama yang dianut masyarakat dapat memicu munculnya konflik yang menimbulkan perpecahan.

Namun, melalui sikap toleransi yang dikembangkan oleh para pemeluk agama dapat menciptakan suatu integrasi nasional. Hal ini dapat menghindari perpecahan dalam negara.

4. Integrasi Budaya

Setiap negara memiliki budaya masing-masing. Budaya tersebut menjadi ciri khas dari suatu bangsa seperti bangsa kita. Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah memiliki keberagaman budaya, misalnya budaya Sumatera, budaya Jawa, budaya Kalimantan, dan sebagainya. Adanya keberagaman budaya tersebut perlu adanya integras budaya.

Tahukah kalian apa integrasi budaya itu? Integrasi budaya merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi, serta kesenian.

Integrasi kebudayaan dapat terjadi dengan memenuhi beberapa syarat berikut.

a. Adanya proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda
b. adanya pola hubungan yang serasi akibat adanya proses penyesuaian unsur budaya.
c. Adanya unsur-unsur budaya yang berbeda.


Rangkuman

Kata integrasi berasal dari bahasa Inggris, integration yang artinya pembaruan hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Istilah pembaruan tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu.

Beberapa definisi mengenai integrasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

a. Paul B. Horton

Integrasi, yaitu proses pengembangan masyrakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan secara Bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.

b. Banton

Integrasi didefinisikan sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memiliki makna penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dalam ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha.

c. Maurice Duverge

Integrasi adalah interpendensi (kesalingtergantungan) yang lebih rapat antarabagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat.

Adapun beberapa definisi mengenai integrasi sosial menurut para ahli sebagai berikut:

a. Soerjono Soekanto

Integrasi sosial adalah sebuah proses sosial individua tau kelompok untuk berusaha memenuhi tujuan melawan lawan yang disertai dengan suatu ancaman dan/atau kekerasan.

b. Baton

Integrasi sosial adalah suatu integrasi sebagai sebuah pola hubungan yang mengakui adanya suatu perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan suatu fungsi penting pada perbedaan dalam sebuah ras.

c. Gilin

Integrasi sosial adalah suatu bagian dari proses sosial yang terjadi karena suatu perbedaan fisik, emosional, budaya, dan perilaku.

Integrasi sosial dapat terwujud dalam bentuk solidaritas sosial serta rasa kebersamaan antarhubungan masyarakat secara harmonis dalam melakukan Kerjasama dengan kelompok yang mempunyai sifat, sikap, dan watak yang berbeda.

Bangsa diartikan sekelompok manusia yang memiliki persamaan karakteristik. Bangsa terbentuk karena adanya rasa ingin Bersatu, seperti munculnya integrasi bangsa. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), integrasi bangsa diartikan sebagai penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam suatu wilayah pembentukan suatu identitas nasional.

Integrasi nasional dapat diartikan sebagai proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional.

Adanya berbagai budaya dan wilayah membuat Indonesia menjadi negara yang beragam. Keberagaman yang ada di Indonesia jika tidak dikelola dengan baik dapat memicu terjadinya konflik, sehingga perlu adanya integrasi untuk mengendalikan permasalahn tersebut.

Menurut Ahmadi (2009), terdapat tiga masalah yang harus dikaji untuk mencapai integrasi nasional. Ketiga masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pembauran bangsa
b. Kerukunan antarumat beragama dan kepercayaan yang dianutnya
c. Perubahan nilai-nilai

Indonesia terdiri atas berbagai suku, agama, budaya, sistem sosial, dan lain sebagainya. Keberagaman Indonesia berada dalam suatu semboyan Bhineka Tunggal Ika. Melalui semboyan tersebut, terjadi proses integrasi nasional dimana perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan.

Integrasi nasional sebagai upaya penyatuan kelompok sosial dalam kesatuan wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor pendorong integrasi nasional adalah sebagai berikut (Ranjabar, 2013):

a. Adanya perasaan senasip dan sepenanggungan
b. Munculnya rasa cinta tanah air
c. Adanya rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
d. Berkembangnya budaya gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia
e. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
f. Adanya keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia

Di Indonesia terdapat enam agama resmi yaitu, Islam, Kristen Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu. Adanya perbedaan agama yang dianut masyarakat dapat memicu munculnya konflik yang menimbulkan perpecahan.

Namun, melalui sikap toleransi yang dikembangkan oleh para pemeluk agama dapat menciptakan suatu integrasi nasional. Hal ini dapat menghindari perpecahan dalam negara.

Integrasi budaya merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi, serta kesenian.

Integrasi kebudayaan dapat terjadi dengan memenuhi beberapa syarat berikut:

a. Adanya proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda
b. adanya pola hubungan yang serasi akibat adanya proses penyesuaian unsur budaya
c. Adanya unsur-unsur budaya yang berbeda.

DAMPAK KONFLIK SOSIAL

DAMPAK KONFLIK SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan kalian dapat menemukan contoh, kekerasan dan konflik dalam kehidupan masyarakat.


Konflik yang ada di masyarakat dapat memberikan dampak bagi warga masyarakat. Apa saja dampak konflik sosial bagi masyarakat? Supaya kalian mengerti tentang dampak konflik, ayo baca dengan seksama semua materinya.

1. Dampak Positif

Konflik sosial yang kalian temui di lingkungan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Menurut Harskamp (2005), dijelaskan bahwa konflik yang ada di masyarakat dianggap sebagai perjuangan dari nilai-nilai atau status, kekuasaan, dan sumber daya yang dapat memenuhi fungsi-fungsi positif, antara lain:

a. Konflik dapat mendamaikan kelompok-kelompok yang saling bersaing
b. Mengarahkan pihak-pihak yang sedang berjuang untuk mengekspresikan identitas mereka sendiri.
b. Mengurangi ketidakpastian dengan menjaga batas-batas kelompok.
c. Mendorong suatu kelompok untuk mencari nilai-nilai dasar.

Darwin, Freud, dan Mark yang dikutip dari Pruitt (2011), menguraikan fungsi positif dari adanya konflik adalah sebagai berikut:

a. Memfasilitasi Tercapainya Rekonsiliasi dari Berbagai Kepentingan

Konflik yang terjadi di masyarakat tidak selalu berakhir dengan kemenangan di salah satu pihak yang sedang berkonflik. Namun, konflik dapat berakhir dengan kesepakatan yang menguntungkan dan memberikan manfaat kolektif kepada dua belah pihak yang berkonflik. Sebagai contohnya, masalah antara Mesir dan Israel, konflik antara pihak penjual dan pihak produksi, dan lain sebagainya.

b. Sebagai Tempat Awal Terjadinya Perubahan Sosial

Individu yang menganggap situasi yang dihadapi tidak adil dan menganggap bahwa kebijakan yang berlaku saat ini tidak sesuai biasanya akan mengalami pertentangan dengan aturan yang berlaku sebelumnya. Individu tersebut akan me;lakukan perubahan sosial.

c. Konflik Dapat Mempererat Persatuan Kelompok.

Menurut Coser dikutip dari Pruitt (2011) menujelaskan bahwa solidaritas kelompok akan menurun jika tidak ada kapasitas perubahan sosial dan rekonsiliasi atas kepentingan individu yang berbeda. Oleh karena itu, adanya konflik dapat mendorong rasa solidaritas suatu kelompok.

Secara umum dampak positif dari adanya konflik di masyarakat antara lain:

  1. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
  2. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
  3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.
  4. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah.
  5. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta
  6. Hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
  7. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.

2. Dampak Negatif

Konflik sosial selain memiliki dampak positif juga ada dampak negatif. Adapun dampak negatif adanya konflik sosial adalah:

a. Perpecahan

Adanya konflik sosial di masyarakat dapat menimbulkan perpecahan di lingkungan masyarakat. Sebagai contohnya, konflik antarkelompok dalam pembagian hasil. Salah satu individu memperoleh hasil yang lebih besar dibandingkan individu lainnya sehingga muncul konflik. Konflik dalam kelompok tersebut dapat mempengaruhi kerukunan dan kenyamanan anggota kelompok, bahkan menimbulkan perpecahan antaranggota kelompok. Konflik tersebut muncul karena adanya ketidakadilan dalam pembagian hasil.

b. Permusuhan

Permusuhan dapat terjadi jika konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik. Konflik tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Begitu juga dengan permusuhan dapat terjadi pada individu satu dengan individu yang lain. Sebagai contohnya, konflik antarkelompok dalam memperebutkan tanah. Konflik sengketa tanah seperti pada gambar di bawah, dapat menimbulkan permusuhan antarkelompok. Hal ini dikarenakan, antarkelompok saling memperjuangkan hak untuk memperoleh tanah mereka. Oleh karena itu perlu ada pihak ketiga untuk memberi solusi dan mendamaikan konflik tersebut.

c. Kekerasan

Kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok, dimana secara fisik maupun verbal menunjukkan Tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat.

d. Perubahan Kepribadian

Perubahan kepribadian dalam diri seseorang dapat terjadi akibat adanya konflik. Hal ini dikarenakan adanya gangguan dalam hubungan sosial maupun adanya rasa kekecewaan dalam diri seseorang. Oleh karena itu, individu yang mengalami tekanan secara psikologis dapat melakukan perubahan kepribadiannya. Sebagai contohnya, seorang anak yang kedua orangtuanya bercerai.

e. Jatuhnya Korban

Konflik sosial yang terjadi di masyarakat dapat menjatuhkan korban. Jatuhnya korban dapat berupa harta benda, berbagai sarana dan prasarana, bahkan nyawa seseorang.

Konflik yang ada di masyarakat sangat beragam, seperti konflik terbuka, konflik individual, konflik tertutup, dan sebagainya, yang sudah kalian pelajari pada kegiatan- kegiatan pembelajaran sebelumnya Seperti yang telah diuraikan pada pertemuan sebelumnya, pihak-pihak yang berkonflik akan melakukan berbagai cara untuk saling mengalahkan. Bahkan, suatu individua tau kelompok dapat melukai dan menyerang pihak lawan dengan menggunakan tindakan kekerasan. Supaya kalian mengerti tentang perbedaan konflik dan kekerasan, ayo baca dengan seksama semua materinya.

3. Kekerasan Sebagai Dampak Konflik Sosial

a. Definisi Kekerasan

Kekerasan berasal dari Bahasa Inggris, yaitu violence yang artinya kekuasaan atau berkuasa. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di mana secara fisik maupun verbal mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat.

Pada umumnya, kekerasan dianggap sebagai tindakan yang merugikan orang lain, seperti pembunuhan, pemukulan, perampokan, dan sebagainya. Pada dasarnya, kekerasan diartikan sebagai perilaku, baik disengaja atau tidak disengaja yang ditunjukkan untuk melukai atau mencederai orang lain, baik serangan fisik, mental, maupun sosial. Tindakan kekerasan tersebut tentu bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

b. Macam-macam Kekerasan

Dalam kehidupan masyarakat, sering dijumpai adanya Tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan sepertinya telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Tahukah kalian macam-macam kekerasan yang ada di masyarakat? Adapun macam-macam kekerasan adalah sebagai berikut:

c. Perbedaan antara Kekerasan dan Konflik Sosial

Dilihat dari bentuknya, kekerasan dapat dibedakan menjadi:

1) Kekerasan Fisik

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kekerasan fisik merupakan kekerasan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh tubuh. Wujud dari kekerasan fisik berupa kehilangan Kesehatan, cedera, bahkan sampai kehilangan nyawa. Sebagai contohnya, penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya.

2) Kekerasan Struktural

Kekerasan struktural dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan sistem, hukum, ekonomi, dan tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Kekerasan yang sifatnya structural sulit untuk dikenali karena menimbulkan ketimpangan- ketimpangan pada sumber daya, Pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta wewenang untuk mengambil keputusan. Adapun pihak yang bertanggung jawab atas adanya kekerasan structural ialah negara, karena negara memiliki wewenang untuk melakukan perubahan structural dalam masyarakat. Sebagai contohnya, hilangnya rumah warga karena lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

3) Kekerasan Psikologis

Kekerasan psikologis merupakan kekerasan yang ditujukan pada rohani atau jiwa, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan kemampuan jiwa seseorang. Sebagai contohnya, kebohongan, ancaman, tekanan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan Pelakunya

Berdasarkan pelakunya, kekerasan dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Kekerasan Individual

Kekerasan individual dilakukan oleh individu kepada individu lainnya. Sebagai contohnya, kasus pencurian, penjambretan, pemukulan, dan penganiayaan.

2) Kekerasan Kolektif

Berbeda dengan kekerasan individual, kekerasan kolektif dilakukan oleh kelompok atau massa atau sekelompok individu. Sebagai contohnya, tawuran pelajar, kasus Sampit, Poso, serta contoh-contoh yang lainnya.

5. Perbedaan antara Kekerasan dan Konflik

Kekerasan yang ada di masyarakat dapat terjadi beriringan dengan adanya konflik. Di lingkungan masyarakat, selalu dijumpai adanya konflik. Dengan demikian, kamu harus dapat membedakan antara konflik dengan kekerasan. Untuk lebih jelasnya, pahami dan cermati tabel di bawah ini!

Setelah membaca tabel di atas, kalian dapat menerapkan pengetahuan yang telah kamu pelajari di lingkungan sekitarmu. Kalian juga mengetahui perbedaan kekerasan dan konflik yang ada di masyarakat.

C. Rangkuman

Kekerasan berasal dari Bahasa Inggris, yaitu violence yang artinya kekuasaan atau

berkuasa. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kekerasan merupakan suatu

ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di mana secara fisik maupun

verbal mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat.

Pada umumnya, kekerasan dianggap sebagai tindakan yang merugikan orang lain,

seperti pembunuhan, pemukulan, perampokan, dan sebagainya. Dalam Kamus Sosiologi

(Haryanta, 2012), kekerasan fisik merupakan kekerasan nyata yang dapat dilihat dan

dirasakan oleh tubuh. Wujud dari kekerasan fisik berupa kehilangan kesehatan, cedera,

bahkan sampai kehilangan nyawa.

Kekerasan structural dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan

sistem, hukum, ekonomi, dan tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Kekerasan yang

sifatnya structural sulit untuk dikenali karena menimbulkan ketimpangan-ketimpangan

pada sumber daya, Pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta wewenang

untuk mengambil keputusan. Kekerasan psikologis merupakan kekerasan yang

ditujukan pada rohani atau jiwa, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan

kemampuan jiwa seseorang. Kekerasan kolektif dilakukan oleh kelompok atau massa

atau sekelompok individu. Kekerasan yang ada di masyarakat dapat terjadi beriringan

dengan adanya konflik. Di lingkungan masyarakat, selalu dijumpai adanya konflik.

Dengan demikian, kamu harus dapat membedakan antara konflik dengan kekerasan.

Senin, 13 September 2021

KLASIFIKASI KONFLIK SOSIAL

KLASIFIKASI KONFLIK SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan kalian dapat menjelaskan tentang klasifikasi konflik sosial kehidupan masyarakat.


Macan-macam konflik sosial dapat diklasifikasikan atas dasar pendapat beberapa ahlil dan kriteria tertentu. Tahukah kalian mengenai berbagai macam konflik sosial yang ada dalam masyarakat? Untuk menambah pemahamanmu, ayo pelajari materi berikut!

1. Menurut Ranjabar (2013)

Menurut Ranjabar (2013), konflik sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Konflik Individual

Konflik dalam individu ini bisa diartikan sebagai konflik yang terjadi dalam mental atau diri seseorang karena suatu hal. Hal ini bisa berupa pilihan yang berbeda dengan kata hati. Pada umumnya konflik individu lebih bersifat informal, tersembunyi, melakukan tindakan negatif, melakukan sabotase, dan lain sebagainya. Contohnya seseorang yang menyesal bekerja sebagai kriminal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam diri orang tersebut, ia mengalami konflik antara nilai moral diri dengan tekanan ekonomi yang harus dipenuhi.

b. Konflik Kolektif

Konflik kolektif merupakan suatu konflik yang melibatkan banyak orang, serta memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Pada umumnya, konflik ini memiliki dorongan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan konflik individu. Individu yang berada dalam suatu konflik biasanya memiliki solidaritas dan kebersamaan yang kuat. Konflik ini memiliki jumlah anggota banyak dan memiliki tingkat emosi yang sangat tinggi dan sifatnya sangat rumit bila dibandingkan dengan konflik individu.

2. Menurut Ralp Dahrendorf

Ralp Dehrendorf membedakan konflik sosial ke dalam bentuk:

a. Konflik Peran

konflik peran merupakan suatu kondisi dimana seseorang mendapati kenyataan yang berlawanan dengan perannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, peran seorang pekerja yang dituntut untuk mengerjakan sesuatu yang bukan tanggung jawabnya.

b. Konflik Kelompok Sosial

Konflik antara kelompok sosial terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dalam upayanya mencukupi kebutuhan kelompok tersebut. Contoh konflik antar kelompok sosial adalah konflik antara kelompok propemerintah dan kelompok yang tidak terorganisir.

c. Konflik antarkelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir

Konflik ini biasanya terjadi saat unjuk rasa. Dimana polisi sebagai kelompok yang terorganisir

d. Konflik antarsatuan nasional

Konflik ini disebut juga konflik antarkepentingan organisasi. Misalnya politik tingkat RT, RW, Desa, hingga tingkat nasional.

e. Konflik antaragama

Konflik ini sering terjadi pada zaman dahulu saat kondep toleransi belum diindahkan.


Menurut H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi yang dikutip dari Ranjabar (2013), macam-macam konflik dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek, yaitu:

1. Konflik Berdasarkan Tujuan Organisasi

Konflik sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan organisasi. Tahukah kalian macam-macam konflik sosial menurut hubungan dengan tujuan organisasi?

a. Konflik Fungsional

Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif. Konflik ini sangat dibutuhkan dsalam organisasi.

Dalam konflik inidapat memperbaiki kinerja kelompok apabila dikelolah dan dikendalikan dengan baik. Contoh konflik fungsional, misalnya ada sebuah kasus di mana seorang manajer perusahaan menghadapi masalah tentang pengalokasian dana untuk meningkatkan penjualan produk.

b. Konflik Disfungsional

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2010), disfungsional merupakan suatu kegiatan atau organisasi yang memiliki disfungsi ketika beberapa dampak dapat menghambat organisasi sosial lainnya. Jika suatu kegiatan atau organisasi sosial mengalami disfungsional, tidak dipungkiri juga dapat menimbulkan konflik. Konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak). Konflik disfungsional tidak dapat dihindari karena keberadaan konflik ini pasti ada dalam setiap organisasi atau masyarakat. Konflik disfungsional dapat merugikan semua pihak, individu, kelompok, dan organisasi.

2. Konflik Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik

Konflik sosial yang ada di masyarakat sangat beragam, salah satunya dapat diklasifikasikan menurut hubungan dengan posisi pelaku yang berkonflik. Adapun macam konflik sosial tersebut adalah sebagai berikut:

a. Konflik Vrtikal

Konflik vertikal adalah konflik antar satu pihak dengan pihak dalam suatu struktur organisasi yang mempunyai derajat kedudukan yang tidak sama. Berikut contoh dari konflik vertikal.

a) Konflik antara atasan dengan bawahan dalam suatu instansi.
b) Konflik antara buruh dengan majikan dalam suatu perusahaan

b. Konflik Horizontal

Konflik horizontal adalah konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara dua pihak atau lebih yang mempunyai kedudukan sederajat. Contohnya antara lain:

a) Konflik antara suku yang satu dengan suku yang lain dalam suatu negara.
b) Konflik antara umat agama yang satu dengan umat agama lainnya
c) Konflik antara parpol yang satu dengan parpol yang lain

Menurut Ranjabar (2013), konflik horizontal dapat dipicu oleh beberapa hal berikut:
1) Adanya kecemburuan yang bersumber pada ketimpangan ekonomi antarkaum pendatang dengan           penduduk lokal.
2) Adanya sikap saling mengklaim terhadap sumber dana yang semakin terbatas.
3) Adanya dorongan emosional kesukuan karena ikatan norma tradisional.
4) Munculnya sikap yang berlebihan antarpemeluk agama.
5) Mudah dipengaruhi oleh provokator kerusuhan.

c. Konflik Diagonal

Menurut Ranjabar (2013) konflik dibedakan menjadi tiga, yaitu konflik vertical, konflik horizontal, dan konflik diagonal. Dalam suatu organisasi terjadi ketidakadilan sumber daya sehingga menimbulkan -pertentangan atau konflik yang ekstrim.

Pertentangan itulah yang dinamakan konflik diagonal. Sebagai contohnya kasus konflik antara pemerintah dan warga sekitar karena adanya perilaku yang tidak adil atas alokasi sumber daya ekonomi oleh pemerintah pusat.

3. Konflik Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik

Konflik berdasarkan sifat pelaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik terbuka dan konflik tertutup (Ranjabar 2013).

a. Konflik Terbuka

Konflik terbuka merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak atau masyarakat dalam suatu negara. Kalian pasti pernah mendengar berita tentang konflik Israel dan Palestina. Bagaimana tanggapan kalian mengenai konflik tersebut?

Konflik Israel dan Palestina merupakan contoh konflik terbuka. Hal ini dikarenakan konflik tersebut diketahui oleh semua pihak, termasuk Indonesia. Bahkan, masyarakat Indonesia melakukan penggalangan dana untuk membantu korban konflik tersebut. Selain konflik Israel, kalian juga bisa mengamati contoh konflik lainnya yang sifatnya terbuka di lingkungan sekitarmu.

b. Konflik Tertutup

Konflik tertutup merupakan kebalikan dari konflik terbuka. Dalam konflik terbuka diketahui oleh semua pihak, sedangkan konflik tertutup hanya diketahui oleh pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Dalam konflik tertutup, pihak yang tidak terllibat konflik tidak tahu jika terjadi konflik. Sebagai contohnya konflik intern sekolah sehingga pihak luar tidak tahu adanya konflik.

4. Konflik Berdasarkan Waktu

Konflik sosial berdasarkan waktu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Konflik Sesaat (Konflik Spontan)

Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau sesaat saja karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Konflik sesaat dapat berakhir pada saat adanya penjelasan antara pihak yang berkonflik. Sebagai contohnya konflik antara dua peserta didik yang berbeda argumen saat berdiskusi. Saat itu, mereka memegang teguh argumen masing-masing sehingga dapat menimbulkan konflik.

Namun, konflik tersebut hanya terjadi pada saat diskusi saja. Setelah selesai diskusi, mereka tetap berteman dan tidak terjadi konflik lagi.

b. Konflik Berkelanjutan

Konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan. Dalam penyelesaian konflik ini harus melalui berbagai proses dan tahapan yang rumit. Apabila konflik ini sudah selesai, tidak menutup kemungkinan dapat muncul Kembali konflik sebagai kelanjutan dari konflik dari konflik yang terdahulu. Salah satu contoh konflik berkelanjutan ialan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Selain konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, kamu juga dapat menyebutkan contoh lainnya yang ada di lingkungan sekitarmu.

5. Konflik Berdasarkan Pengendalian

Konflik sosial juga dapat dibedakan berdasarkan pengendaliannya. Tahukah kalian apa saja konflik yang dimaksud?

a. Konflik Terkendali

Menurut Ranjabar (2013), konflik terkendali merupakan suatu konflik di mana para pihak yang terlibat dapat dengan mudah mengendalikan konflik sehingga kjonflik tidak meluas dan cepat selesai. Sebagai contoh, konflik yang terjadi saat rapat OSIS.

Pada rapat tersebut terjadi beberapa pendapat untuk mengembangkan organisasi tersebut, sehingga terjadi perbedaan pendapat yang berujung pada konflik. Namun, adanya ketua OSIS dapat meredam konflik tersebut dengan memberikan solusi yang bijak. Oleh karena itu, konflik dalam rapat OSIS dapat dikendalikan dengan baik.

b. Konflik Tidak Terkendali

Konflik tidak terkendali merupakan konflik di mana pihak yang terlibat tidak dapat mengendalikan konflik tersebut sehingga akibatnya dapat meluas. Konflik yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya kekerasan. Contoh konflik tidak terkendali, seperti tawuran, demonstrasi yang berakhir ricuh, dan lain sebagainya.

6. Konflik Berdasarkan Sistematika Konflik

a. Konflik Nonsistematis

Konflik nonsistematis memiliki sifat yang acak, dimana terjadi secara spontanitas dan tidak ada tujuan yang dicapai. Dalam konflik ini pihak yang berkonflik tidak melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Salah satu contoh konflik nonsistematis ialah tawuran pelajar.

b. Konflik Sistematis

Konflik sistematis merupakan kebalikan dari konflik nonsistematis, di mana konflik tersebut telah direncanakan secara sistematis dan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam konflik ini, pihak yang berkonflik melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dilakukan dengan cermat, hati-hati, dan sistematis. Setiap tingkah laku dari salah satu pihak dianalisis secara cermat dan hati-hati agar memperoleh keuntungan bagi pihak lainnya.

Cermati gambar di bawah! Apa yang dapat kamu pahami setelah melihat gambar tersebut? Gambar di bawah merupakan zaman penjajahan di Indonesia. Sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat, seperti Spanyol, Jepang, dan Belanda. Berbagai taktik digunakan oleh bangsa Barat untuk mengeksploitasi sumber daya di Indonesia. Penjajahan bangsa Barat di Indonesia merupakan salah satu konflik sistematis.


Rangkuman

Konflik yang terjadi di masyarakat sangat beragam bentuknya. Menurut Ranjabar (2013), konflik sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Konflik Individual

Konflik dalam individu ini bisa diartikan sebagai konflik yang terjadi dalam mental atau diri seseorang karena suatu hal. Hal ini bisa berupa pilihan yang berbeda dengankata hati.

b. Konflik Kolektif

Konflik kolektif merupakan suatu konflik yang melibatkan banyak orang, sertamemiliki tujuan dan kepentingan yang sama.

Menurut Ralp Dehrendorf, konflik dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu:

a. Konflik Peran

Konflik peran merupakan suatu kondisi dimana seseorang mendapati kenyataan yang berlawanan dengan perannya dalam kehidupan nyata.

b. Konflik Kelompok Sosial

Konflik antara kelompok sosial terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dalam upayanya mencukupi kebutuhan kelompok tersebut. Contoh konflik antar kelompok

c. Konflik antarkelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir

Konflik ini biasanya terjadi saat unjuk rasa. Dimana polisi sebagai kelompok yang terorganisir

d. Konflik antarsatuan nasional

Konflik ini disebut juga konflik antarkepentingan organisasi.

e. Konflik antaragama

Konflik ini sering terjadi pada zaman dahulu saat kondep toleransi belum diindahkan.

Menurut H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi yang dikutip dari Ranjabar (2013), macam-macam konflik dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek.

Konflik sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan organisasi. Tahukah kalian macam-macam konflik sosial menurut hubungan dengan tujuan organisasi?

a. Konflik Fungsional

Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif.

b. Konflik Disfungsional

Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2010), disfungsional merupakan suatu kegiatan atau organisasi yang memiliki disfungsi Ketika beberapa dampak dapat menghambat organisasi sosial lainnya. Konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak).

Konflik sosial yang ada di masyarakat sangat beragam, salah satunya dapat diklasifikasikan menurut hubungan dengan posisi pelaku yang berkonflik. Adapun macam konflik sosial tersebut adalah:

a. Konflik Vertikal

Konflik vertikal adalah konflik antar satu pihak dengan pihak dalam suatu struktur organisasi yang mempunyai derajat kedudukan yang tidak sama.

b. Konflik Horizontal

Konflik horizontal adalah konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara dua pihak atau lebih yang mempunyai kedudukan sederajat.

Menurut Ranjabar (2013) konflik dibedakan menjadi tiga, yaitu konflik vertical, konflik horizontal, dan konflik diagonal. Dalam suatu organisasi terjadi ketidakadilan sumber daya sehingga menimbulkan pertentangan atau konflik yang ekstrim. Pertentangan itulah yang dinamakan konflik diagonal. Sebagai contohnya kasus konflik antara pemerintah dan warga sekitar karena adanya perilaku yang tidak adil atas alokasi sumber daya ekonomi oleh pemerintah pusat.

Konflik berdasarkan sifat pelaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik terbuka dan konflik tertutup (Ranjabar 2013).

a. Konflik Terbuka

Konflik terbuka merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak atau masyarakat dalam suatu negara.

b. Konflik Tertutup

Dalam konflik terbuka diketahui oleh semua pihak, sedangkan konflik tertutup hanya diketahui oleh pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.

Konflik sosial berdasarkan waktu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Konflik Sesaat (Konflik Spontan)

Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau sesaat saja karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik.

b. Konflik Berkelanjutan

Konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan.

Konflik sosial berdasarkan pengendaliannya antara lain:

a. Konflik Terkendali

Menurut Ranjabar (2013), konflik terkendali merupakan suatu konflik di mana para pihak yang terlibat dapat dengan mudah mengendalikan konflik sehingga kjonflik tidak meluas dan cepat selesai.

b. Konflik Tidak Terkendali

Konflik tidak terkendali merupakan konflik di mana pihak yang terlibat tidak dapat mengendalikan konflik tersebut sehingga akibatnya dapat meluas. Konflik yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya kekerasan.

c. Konflik Nonsistematis

Konflik nonsistematis memiliki sifat yang acak, dimana terjadi secara spontanitas dan tidak ada tujuan yang dicapai. Dalam konflik ini pihak yang berkonflik tidak melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

d. Konflik Sistematis

Konflik sistematis merupakan kebalikan dari konflik nonsistematis, di mana konflik tersebut telah direncanakan secara sistematis dan memiliki tujuan yang ingin dicapai.