Sampel dan Ukuran Sampel
Keabsahan hasil
penelitian atau survey sangat bergantung pada data sampel. Data sampel
yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang baik. Sebaliknya, data
sampel yang buruk akan menghasilkan kesimpulan yang buruk pula. Bahkan,
data sampel yang buruk dapat menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan.
Mengapa demikian? Ini ada kaitannya dengan sifat alamiah dari uji statistika itu sendiri.
Uji statistika itu hanyalah
suatu alat. Uji ini tidak memiliki kemampuan untuk bisa menyaring
baik-buruknya data yang masuk. Uji statistika bagaikan mesin atau robot
tanpa indera. Buruk masuk, maka buruk keluar. Baik masuk, maka baik
keluar. Dengan demikian, kesyahihan kesimpulan dari suatu uji statistik bermula dari kesyahihan data sampel.
Data sampel yang baik adalah data yang objektif dan representatif. Data sampel yang objektif dan representatif
dapat diperoleh dengan melakukan dua hal yaitu 1) pengacakan
(randominasi) data dan 2) pengambilan jumlah sampel yang memadai.
Pengacakan
data bertujuan untuk mendapatkan data yang objektif. Data yang
diperoleh dari proses pengacakan adalah data yang acak. Data acak
bermakna data tanpa pilih kasih atau intervensi dari peneliti. Untuk
mendapatkannya, si
peneliti harus menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga setiap
angka yang ada pada populasi harus mempunyai kesempatan yang sama untuk
ditarik sebagai sampel pada saat pengambilan sampel. Artinya, data yang
diperoleh bukan atas kemauan si peneliti. Dengan demikian, data acak
akan menghasilkan data yang objektif.
Data yang representatif sangat ditentukan oleh ukuran
sampel. Semakin besar ukuran atau jumlah sampel sampai pada tingkat
tertentu, maka semakin representatif sampel tersebut. Begitu pula, semakin representatif suatu sampel akan semakin akurat suatu kesimpulan yang dihasilkan. Namun demikian, jumlah sampel juga terkait dengan waktu, tenaga, dan dana
yang diperlukan. Semakin banyak sampel, maka semakin banyak pula waktu,
tenaga, dan dana yang diperlukan. Bisa dibayangkan betapa sulit dan
mahalnya, kalau kita harus mendata seratus juta orang. Oleh karena itu,
perlu suatu angka kompromi, suatu angka yang efisien tapi dapat diterima
secara statistika.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menentukan jumlah sampel. Namun demikian, di sini hanya diberikan satu cara saja, yaitu dengan menggunakan rumus. Ada
banyak rumus yang ditawarkan oleh para ahli statistika menurut bidang
dan jenis uji yang akan dipakai untuk menganalisis data sampel tersebut.
Berikut adalah formula tersebut:
1. Formula menghitung jumlah sampel untuk peubah kontinu menurut Sokal dan Rohlf (1981)
n ≥ 2 (σ/δ)2tα(v) + t(2β)v)2
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi populasi
δ = perbedaan terkecil yang ingin dideteksi
α = taraf significan (misalnya 0,05)
v = t(n-1)
t = jumlah perlakuan
β= taraf kesalahan tipe II
Perlu diketahui bahwa rumus ini dipakai dengan solusi berulang (iterative). Artinya perhitungan dilakukan berulang-ulang sampai mencapai n yang stabil.
Pertama
kita coba n = 20 sebagai percobaan. Ini menghasilkan v = 4(20-1) = 76,
bila jumlah perlakuannya 4 (misalnya, 4 lokasi atau 4 cara dsbnya).
Standar deviasi (S) = 6 % (6y/100) dan δ= 5% dari rata (5y/100). Memakai S sebagai estimasi untuk σ, maka ratio σ/δ=6/5. α=0,01 dan β=0,20.
Maka,
n ≥ 2(σ/δ)2tα(v) + t(2β)v)2
n = 2 (6/5)2(t0,01(76) + t2(0,20)(76))2
= 2 (1,2)2 (2,642 + 0,847)2
= 2(1,44)(12,171) = 35,1
Maka, berikutnya
Kita gunakan n = 35, yang menghasilkan v=4(35-1)= 4(34) = 136
Maka,
n ≥ 2(1,44)(2,612 + 0,845)2 = 2,88 (11,95) = 34,45
Kita
bulatkan menjadi 35. Nilai ini sama dengan solusi yang pertama yang
mengindikasikan bahwa nilai ini sudah stabil. Dengan demikian, untuk
penelitian ini diperlukan 35 sampel untuk setiap perlakuan. Total sampel
untuk 4 perlakuan menjadi 4(35) = 140 sampel
2. Formula lain untuk menghitung sampel untuk peubah kontinu
Ada
dua metoda untuk menentukan ukuran sampel untuk peubah yang kontinu.
Metode pertama adalah menggabungkan semua respons kedalam dua katagori
dan kemudian gunakan formula proporsional untuk menghitungnya. Cara
kedua adalah menggunakan formula berikut ini.
n = z2σ2/e2
dimana
n = jumlah sampel
z = nilai pada kurva normal (1-α), misalnya 95%
e = keakuratan
σ = varian populasi
Sebagai contoh,
Katakan
kita ingin mengevaluasi program penyuluhan yang mengajak petani untuk
menggunakan beberapa varietas unggul baru. Anggaplah populasinya besar.
Kita tidak mau berasumsi mengenai tingkat penerimaan dari setiap
varietas tersebut, namun kita bersedia menerima Standar deviasi 30%
(0,3). Selanjutnya kita pilih α = 0,05 dan keakuratan 5% . Maka, jumlah
sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut:
n = z2σ2/e2= (1,96)2(0,32/(0,05)2=138,3 petani
Kelemahan
formula ini adalah perlunya nilai estimasi yang baik untuk nilai σ.
Bahkan sering nilai estimasi juga tidak tersedia. Oleh karena itu,
formula menghitung sampel untuk peubah proporsional lebih disukai.
3. Formula menghitung jumlah sampel untuk peubah proporsional
Untuk populasi yang besar, Cochran (1963:75) mengembangkan formula sebagai berikut:
n = z2pq/e2
dimana
n = jumlah sampel
z = nilai pada kurva normal (1-α), misalnya 95%
p = proporsi estimasi dari kejadian pada populasi
q = 1-p
e = keakuratan
Sebagai
contoh, katakan kita ingin mengevaluasi program penyuluhan yang
mengajak petani untuk menggunakan metode baru. Anggaplah populasinya
besar tetapi kita tidak tahu persentase dari penerimaan metode baru
tersebut. Oleh karena itu, kita berasumsi tingkat penerimaannya 50:50
atau p = 0,5. Selanjutnya kita pilih α = 0,05 dan keakuratan 5% . Jumlah
sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut:
n = z2pq/e2 = (1,96)2(0,5)(0,5)/(0,05)2= 385 petani
4. Koreksi untuk populasi terbatas dari peubah proporsional
Jika populasi yang dipelajari
kecil, maka jumlah sampel bisa lebih kecil lagi. Ukuran sampel bisa
dihitung menggunakan formula berikut.
n1 = n/(1+((n-1/N))
Dimana
n1 = jumlah sampel koreksi
N = jumlah populasi
Contoh, misalnya jumlah petani yang mungkin terpengaruhi oleh penerapan metode baru tersebut adalah 2000 orang,
Maka jumlah sampel koreksi adalah
n1 = n/(1+((n-1/N)) = 385/(1+((385-1)/2000))= 323 petani
5. Formula sederhana untuk peubah proporsional
Yamane (1967) memberikan formula yang sederhana untuk menghitung jumlah sampel. Furmulanya adalah sebagai berikut
n = N/(1+N(e2)=2000/(1+2000(0,052) = 333 petani
dimana
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = keakuratan
6. Formula sederhana untuk rancangan percobaan
Dalam
buku perancangan percobaan, Mbue Kata Bangun (1980) memberikan formula
jumlah sampel (t-1)(n-1) ≥ 15 atau bisa ditulis juga sebagai berikut
n ≥ 1 + (15/(t-1))
dimana
n = jumlah sampel
t = jumlah perlakuan
Contoh: kita ingin menguji 4 jenis varietas padi baru, maka ulangan yang diperlukan adalah
n ≥ 1+(15/(4-1)) = 6
sehingga unit percobaan adalah txn = 4×6=24
7. Formula sederhana lainnya berdasarkan formula
n = z2σ2/e2
bila α=5% (sering menjadi patokan), maka z2= 1,962=3,84,
coeficien variation (cv)= 20% (nilai yang umum pada percobaan di
lapangan), maka jumlah ulangan ditentukan berdasarkan nilai e (penyimpangan dari nilai rata-rata). Dengan demikian, formulanya dapat disederhanakan menjadi
n ≥ 0,40 (1/e)
Bila e kita tetapkan 1%, maka jumlah sampel yang diperlukan adalah
n ≥ 0,40 (1/0,01) = 40
0 komentar:
Posting Komentar