CARA MENENTUKAN SISWA YANG MENGALAMI MASALAH BELAJAR
- Definisi Masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada
yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula
yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain,
ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca indranya.” ( Cronbach, 1954: 47 ).Menurut ( Spears, Harold, 1955: 94 ) “Learning is to observe,to read,
to imitate,to try something themselves, to listen, to follow
direction”. Senada dengan apa yang dikemukakan Cronbach di atas itu
ialah pendapat McGeoh yang menyatakan bahwa “Learning is a change in
performance as a result of practice (dalam Skinner, 1958: 109).”
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu
berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak
hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya,
tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama
keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses
belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
a. Faktor-faktor internal belajar
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologisFaktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat
dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan
tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia
dapat mengenal dunia luar.
2)Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap, dan bakat.
- Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang
lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa.
Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap
calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat
kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh
orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak
didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf
kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan
bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan
arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi
dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam
proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif,
karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada
motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
- Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
- Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
- Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
- Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu
tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian,
peraturan, tata tertib, teladan guru dan orangtua, dan lain sebagainya.
Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi
semangat belajar siswa menjadi lemah.
- Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam
psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan
dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar.
Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang
akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan
membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga
siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat
mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal
ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri
oleh siswa sesuai dengan minatnya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi
munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha
untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan
berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada
muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat(aptitude) didefinisikan
sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan
dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
b. Faktor faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini,
Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a.Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi
belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling
tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b.Lingkungan sosial keluarga.
Orang tua yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dapat
membantu mengajar seni, musik, atau computer. Orang tua juga dapat
menjadi staf sukarela yang membantu dengan berperan sebagai tutor,
mengusahakan transportasi untuk karya wisata dan mengawali anak pada
kunjungan ke tempat-tempat khusus, dan dengan demikian meluaskan
kesempatan yang dapat diberikan sekolah kepada anak berbakat (Munandar,
Utami, 1999;97). Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua,
anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
c. Lingkungan sosial sekolah.
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi
proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami
bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk
memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga
dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi siswa.
3. Menentukan Siswa yang mengalami masalah belajar
Untuk menentukan atau melihat siswa yang mengalami masalah belajar
menurut terminologi medis ada beberapa karakteristik sebagai berikut :
- Kurang perhatian, paling sedikit mencakup beberapa karakteristik
- Sering gagal menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai
- Sering tampak seperti tidak mendengarkan
- Mudah bingung
- Masalah untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan
2. Impulsif, paling sedikit mencakup beberapa karakteristik dibawah
ini :
- masalah untuk mengikuti suatu aktifitas permainan
- sering bertindak sebelum berfikir
- mengubah-ubah aktifitas dari yang satu ke yang lain
- masalah untuk mengorganisasikan pekerjaan (bukan karena gangguan kognitif)
- memerlukan banyak pengawasan
- sering keluar kelas
- sulit menunggu giliran dalam permainan atau dalam situasi belajar kelompok3. Hiperaktifitas, paling sedikit mencakup beberapa karakteristik
- Berlari-lari dan memanjat-manjat secara berlebihan
- Gelisah secara berlebihan 4. Menentukan dan Mengatasi Siswa yang mengalami masalah
- Menunjukan prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata prestasi yang dicapai oleh kelompok kelas
- Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha belajar dengan keras tetapi nilainya selalu rendah
- Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal, mengerjakan pekerjaan rumah, dan tugas-tugas lainnya.
- Menunjukan sifat yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dll.
- Menunjukan tingkah laku yang berlainan, seperti : mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Mengatasi Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru adalah (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) peningkatan motivasi belajar, dan (d) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
- Pengajaran perbaikan
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan guru kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah, memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
3. Peningkatan Motifasi Belajar
Salah satu bantuan yang dapat diberikan guru dalam mengatasi masalah belajar siswa adalah dengan memberikan motivasi belajar. Prosedur-prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa .akan terdorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan–tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan .
4) Memberikan hadiah ( penguatan ) dan hukuman bila mana perlu.
5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dan murid.
6) Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
Guru memiliki tugas sebagai pemimpin dalam kegiatan belajar, ia berperan strategis dalam menghasilkan lulusan yang berprestasi, baik secara akademik maupun nonakademik. Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya berkewajiban menyajikan materi pelajaran dan mengevaluasi siswa, akan tetapi juga beranggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar.
Sebagai pemimpin pembelajaran , guru harus memiliki fungsi sebagai motivator dan inovator, yakni seorang guru harus mampu membimbing dan memberi semangat kepada siswa agar dapat meraih sukses. ia harus mampu membesarkan hati peserta didik agar tidak mudah putus asa. Sebagai motivator berperan menjadi pendorong agar peserta didik mau melakukan hal-hal baru (A.Z., Mulyana.2010: 201).
Oleh sebab itu, guru harus mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan intruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dalam hal ini seorang guru yang kreatif yang memiliki sifat mudah bergaul, biasanya akan lebih mudah melakukan pendekatan kepada siswanya. Bukan hanya secara instruksional, akan tetapi juga secara pendekatan pribadi. Guru seakan menjadi teman bagi siswa sehingga fungsi guru bukan hanya sekedar pengajar di kelas, akan tetapi bisa bertukar pikiran atau mencurahakan kegelisahan (A.Z, Mulyono.2010:104).
Melalui pendekatan pribadi, guru akan secara langsung mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa setiap guru adalah sebagai pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing (motivatir dan inovator) dalam proses belajar mengajar. Abdillah(2008), mengemukakan bahwa sebagai pembimbing dalm proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu :
- Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar
- Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang dihadapinya
- Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya
- Memberiakn setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya
- Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.
- Identifikasi
1) Data dokumen hasil belajar siswa
2) Menganalisis absensi siswa di dalam kelas
3) Mengadakan wawancara dengan siswa
4) Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahn belajar
5) Tes untuk memperoleh dat tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi
2. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesuliatn yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar
Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
a) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu.
b) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
c) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
3. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa . prognosis ini dapat berupa :
1) Bentuk treatmen yang harus diberikan
2) Bahan atau materi yang diperlukan
3) Metode yang akan digunakan
4) Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
5) Waktu kegiatan dilaksanakan
4. Terapi atau pemberian bantuan
Terapi disini adalah pemeberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis . Bentuk terapi yang dapat diberikan antara lain melalui :
1) Bimbingan belajar kelompok
2) Bimbingan belajar individual
3) Pengajaran remedial
4) Pemberian bimbingan pribadi
5) Alih tangan kasus
5. Tindak lanjut atau follow up
Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan batuna yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari haisl evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemeberian bimbingan .
0 komentar:
Posting Komentar