Mobilitas Sosial:
Pengertian, Bentuk, Faktor & Dampaknya | Sosiologi Kelas 8
Apakah ayahmu pernah pindah tugas ke wilayah lain karena pekerjaannya? Hmm… atau kakakmu yang dulu seorang pelajar kini sudah menjadi pengusaha? Masih belum pernah ngalamin itu semua? Kalau begitu, coba tonton sinetron TV atau drama Korea, deh. Hueheheheh…
Eits, nggak ada maksud apa-apa, kok. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu sebagai contoh dari mobilitas sosial aja. Loh, emang mobilitas sosial itu apa sih?
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial yang lain dalam masyarakat. Hasil perpindahan status sosialnya bisa menjadi lebih tinggi, lebih rendah, bahkan tetap sederajat.
Kenapa hasil perpindahannya berbeda-beda? Sebab mobilitas sosial terbagi menjadi beberapa bentuk. Nah, terjadinya bentuk-bentuk itu tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penghambat yang perlu kita ketahui. Lalu apa saja ya bentuk dan faktor mobilitas sosial? Yuk, simak kelanjutan artikelnya!
Bentuk Mobilitas Sosial
Pembagian bentuk mobilitas sosial didasarkan pada berpengaruh tidaknya hasil perpindahan status sosial yang dialami dengan derajat sosial yang dimiliki. Secara umum bentuk mobilitas sosial terbagi menjadi empat, yaitu vertikal, horizontal, antargenerasi, dan intragenerasi.
1. Mobilitas Sosial Vertikal
Coba bayangkan kamu berada di bagian tengah sebuah garis vertikal deh. Udah? Nah, ketika kamu berada di posisi itu, kamu punya kesempatan buat naik ke atas atau turun ke bawah ‘kan? Begitu juga dengan mobilitas vertikal yang dibedakan menjadi mobilitas sosial vertikal ke atas dan mobilitas sosial vertikal ke bawah.
Maksudnya, perpindahan status sosial yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi (naik) maupun lebih rendah (turun). Makanya, mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dimiliki seseorang atau kelompok ke status sosial lain yang tidak sederajat dari sebelumnya.
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Sekarang coba bayangkan kamu berada di tengah sebuah garis horizontal deh. Kalau kamu berada di sana, mau kamu pindah ke kanan kek atau ke kiri kek, pasti kamu akan tetap di satu tempat yang sejajar ‘kan? Nah, kayak begitulah mobilitas horizontal. Dalam mobilitas horizontal, perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau kelompok tidak akan mengubah derajat sosialnya atau akan tetap sejajar seperti sebelumnya.
Contohnya, seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit Bandung diharuskan pindah tugas ke rumah sakit Jakarta. Pada kasus itu, dokter tersebut mengalami mobilitas horizontal, yaitu perpindahan tempat kerja tetapi tidak mengubah status sosialnya sebagai dokter. Penghasilannya tidak berubah dan jabatannya sebagai seorang dokter juga tidak berubah.
3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang dialami seseorang dengan melibatkan perbedaan generasi di dalamnya. Mmm, maksudnya gimana tuh ya? Kamu perlu tahu dulu nih, apa yang dimaksud dengan generasi. Generasi adalah kelompok yang punya kesamaan atau perbedaan umur. Contohnya, gen Z yang orang-orangnya lahir di tahun 2000-an.
Nah, mobilitas antargenerasi ini melibatkan generasi-generasi yang berbeda. Misalnya, dahulu, kakek dan nenek kamu hanya bisa sekolah sampai tingkat SMA saja. Kemudian, di generasi selanjutnya, yaitu ayah dan ibu kamu, statusnya naik jadi bisa bersekolah sampai jenjang Sarjana. Dari kasus ini, ada perbedaan tingkat pendidikan yang terjadi di setiap antargenerasi keluarga kamu. Paham, ya?
Nah, mobilitas sosial antargenerasi bisa naik dan turun. Artinya, tiap generasi dalam satu kelompok bisa punya kedudukan yang semakin tinggi atau rendah di masyarakat.
4. Mobilitas Sosial Intragenerasi
Bagaimana jika perpindahan kedudukan sosial ini dialami oleh generasi yang sama? Itu lah yang dinamakan mobilitas sosial intragenerasi. Menurut definisinya, mobilitas sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi pada generasi yang sama. Oke, supaya kamu semakin ada bayangan, masuk ke contoh kasus saja, ya.
Misalnya, saat ini kamu sedang duduk di kelas 7 SMP. Kamu adalah anak yang sangat pintar, sehingga bisa mengikuti program akselerasi di sekolah. Saat kenaikan kelas, kamu langsung duduk di kelas 9. Dari sini, kamu sedang mengalami mobilitas intragenerasi karena mengalami perpindahan kedudukan sosial pada generasi yang sama, yaitu teman-teman sekelasmu di kelas 7.
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Setelah mengetahui bentuk-bentuknya, kita juga perlu mengetahui faktor-fator yang mendorong terjadinya mobilitas sosial. Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial, yaitu:
1. Struktural
Faktor ini terkait dengan kesempatan seseorang untuk menempati sebuah kedudukan serta kemudahan untuk memperolehnya. Kalau di Indonesia sih struktur masyarakatnya sangat terbuka. Jadi, kesempatan kamu untuk menempati berbagai jabatan yang tinggi, seperti manajer bahkan presiden, menjadi lebih besar, lho! Namun, di Indonesia, ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduknya juga masih belum imbang, nih. Ini bisa menjadi penyebab individu atau kelompok punya potensi mengalami mobilitas sosial yang turun.
2. Individu
Kalau faktor ini sih terkait dengan kualitas individu yang dilihat dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Manusia ‘kan dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya tuh. Nah, jika seseorang tidak puas dengan status sosial yang diwariskan, ia dapat berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Sampai saat ini, pendidikan masih dianggap sebagai social elevator atau sarana yang dapat membuat orang menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan meningkatkan status sosialnya di masyarakat.
3. Ekonomi
Jika situasi ekonomi dalam masyarakat cenderung baik maka mobilitas sosial pun dapat terwujud. Kondisi ekonomi yang baik membuat masyarakat mudah memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Tapi, kalau kondisi ekonominya buruk, masyarakat akan memiliki pendapatan terbatas sehingga sulit untuk memenuhi seluruh kebutuhannya dan mobilitas sosial tidak akan bisa terjadi.
4. Politik
Faktor yang satu ini sangat bergantung pada situasi politik suatu negara. Keadaan negara yang tidak stabil akan memengaruhi kondisi keamanannya. Dengan begitu, ketersediaan dan kemudahan dalam bekerja juga lebih baik sehingga masyarakat mampu melakukan mobilitas sosialnya.
5. Kependudukan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia hampir selalu bertambah dari waktu ke waktu. Pertambahan itu bisa mempersempit lahan pemukiman bahkan meningkatkan kemiskinan lho! Makanya, masalah kependudukan seperti ini mendorong individu dan pemerintah untuk mengarahkan masyarakat agar bermigrasi ke daerah lain, sehingga mobilitas sosial pun terjadi.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Selain faktor pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial. Jika faktor-faktor di bawah ini masih ada maka akan sulit untuk masyarakat melakukan mobilitas sosial. Adapun faktor penghambat dari mobilitas sosial, yaitu:
1. Kemiskinan
Masyarakat yang mengalami kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status sosial tertentu. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Emang kenapa kalau pendidikannya rendah? Dengan pendidikan yang rendah, kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga menjadi rendah. Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan menjadi terbatas.
2. Diskriminasi
Diskriminasi adalah membedakan perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan golongan. Nah, perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat mengakibatkan konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.
3. Stereotip Gender
Membeda-bedakan karakteristik serta posisi sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi daripada wanita juga bisa menghambat mobilitas sosial, lho! Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi toh yang bekerja adalah suami. Nah, perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan kesempatan seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.
Terjadinya mobilitas sosial di masyarakat, tentunya menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Apa saja ya dampak-dampak mobilitas sosial itu? Yuk, kita bedah satu per satu!
Dampak Positif Mobilitas Sosial
Hal ini berarti mobilitas sosial bisa memberikan pengaruh yang baik bagi seseorang. Dampak positif mobilitas sosial ada tiga macam, di antaranya sebagai berikut:
1. Mendorong Seseorang untuk Maju
Mobilitas sosial bisa berdampak pada status sosial kita di masyarakat. Misalnya, dari yang tadinya rendah, kemudian berubah jadi tinggi. Contohnya, di tingkat SMP, kamu bersekolah di tempat yang biasa saja. Tapi, di sekolah ini, kamu belajar dengan giat dan disiplin, sehingga selalu mendapat juara 1 di kelas. Dari sini, kamu berkesempatan untuk masuk ke SMA yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, mobilitas sosial mampu mendorong seseorang untuk maju.
2. Mempercepat Perubahan Sosial
Selain itu, mobilitas sosial dapat menghasilkan perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju. Contohnya, di daerah pelosok, ada beberapa anak yang berkesempatan mendapat beasiswa pendidikan di kota. Setelah pendidikannya selesai, anak-anak tersebut pulang ke kampung halaman untuk membangun daerahnya menjadi lebih maju.
Dampak Negatif Mobilitas Sosial
Selain dampak positif, mobilitas sosial juga bisa memberikan pengaruh yang tidak baik bagi seseorang. Dampak negatif mobilitas sosial di antaranya:
1. Kecemasan
Kecemasan ini terjadi karena seseorang merasa khawatir jika status atau posisi sosialnya turun di masyarakat. Contohnya, ada pejabat yang sebentar lagi melepas masa jabatannya. Nah, pejabat ini merasa cemas karena takut kehilangan jabatan. Oleh karena itu, tidak jarang pejabat tersebut berbuat curang untuk mempertahankan jabatan yang mereka inginkan.
2. Melemahkan Solidaritas Kelompok
Dampak ini, bisa terjadi di segala bentuk mobilitas sosial, baik itu horizontal maupun vertikal. Contohnya, ada sebuah keluarga yang tadinya hidup di pemukiman yang sederhana, tiba-tiba memenangkan kuis berhadiah ratusan juta. Kemudian, keluarga tersebut pindah rumah ke pemukiman yang lebih elit. Nah, di sini, keluarga tersebut mulai berbaur dengan tetangga baru. Akhirnya, mulai terjadi kerenggangan antara keluarga ini dengan kelompok sosialnya di pemukiman lamanya.
3. Memicu Konflik
Parahnya, mobilitas sosial tidak hanya merenggangkan solidaritas kelompok saja, tapi juga bisa memicu konflik atau pertikaian di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena adanya persaingan yang tidak sehat untuk mencapai kedudukan sosial yang tinggi. Contohnya, untuk mendapatkan banyak pembeli, toko A sengaja menjelek-jelekkan kualitas barang toko B. Karena toko B tidak terima, akhirnya muncul konflik antar pedagang.
0 komentar:
Posting Komentar